Warga binaan di Lapas Klas IIA Wanita Semarang mengantre
untuk pemeriksaan dokter dalam kegiatan skrining massal Tuberkolosis, Jumat
(29/7).
Semarang-Lapas Klas IIA Wanita Semarang sejak Jumat (29/7/2016) pagi melakukan
skrining TB tujuanya adalah supaya bisa
menemukan secara dini kasus yang belum terdiagnosa dengan sejumlah metode baik
untuk warga binaan pemasyarakatan (WBP) dan tahanan baru, survei batuk, pelacakan
kontak, skrining menjelang bebas dan kunjungan ke klinik.
Kasubag Tata Usaha Lapas Bulu Endang Budiarti mengatakan,
penyebaran penyakit TB di lingkungan Lapas harus diantisipasi salah satunya
dengan skrining. Dengan metode yang tepat, mereka yang terdekteksi juga bisa
dirawat secara intensif dengan pengobatan teratur dan dipisahkan secara
sementara sebelum bisa kembali bergabung dengan WBP lainnya.
Jumlah WBP sendiri ada sekitar 432 orang dari kapasitas 175
saja. ”Kami targetkan setiap hari bisa 100 orang yang dites. Hari ini lancar
karena tidak ada besukan. Senin nanti, mungkin agak ramai karena campur dengan
pembesuk”.jelasnya.
Sementara itu , Dr
Ummu Salamah,Penanggung Jawab Program Tuberkulosis Ditjen
Pemasyarakatan, mengatakan, intensifikasi penemuan kasus merupakan
salah satu kegiatan program pengendalian TB di UPT Pemasyarakatan. Penemuan
kasus TB dilakukan secara aktif melalui skrining WBP dan tahanan baru, survey
batuk, pelacakan kontak, skrining menjelang bebas, dan skrining massal berkala dan
pasif melalui kunjungan ke klinik.
Kegiatan skrining massal Tuberkulosis (TB) di Lapas klas IIA
Wanita Semarang menerapkan kebijakan nasional TB tentang intensifikasi penemuan
pasien TB di Lapas atau Rutan dengan menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB
sebagai metode diagnosis secara bakteriologis,jelasnya.
dr. Ummu menjelaskan,Lapas Klas IIA Wanita Semarang
merupakan Lapas kedua yang melaksanakan kegiatan skrining massal dengan metode
diagnosis TCM TB yang rencananya akan diikuti oleh 29 Lapas dan Rutan di
seluruh Indonesia.
Skrining massal ini bertujuan untuk menemukan secara dini
kasus yang belum terdiagnosa dengan metode lain seperti skrining WBP dan
tahanan baru, survey batuk, pelacakan kontak, skrining menjelang bebas, dan
kunjungan ke klinik,ungkapnya.
Pelaksanaan skrining massal sendiri dimulai dengan
pembekalan bagi kader kesehatan dan petugas Lapas pada tanggal 27-28 Juli 2016
yang dilanjut dengan skrining masal TB pada petugas Lapas tanggal 29 Juli 2016
dan skrining masal TB pada warga binaan pemasyarakatan pada 1-5 Agustus 2016.
Selain dokter dan perawat, sebagai pelaksana kegiatan
tersebut adalah dari staf non kesehatan dan kader kesehatan terlatih dari Lapas
sendiri, dan juga dari Dinkes, RSUP dr Kariadi, dan petugas kesehatan terkait
di Kota Semarang. *)
0 comments:
Posting Komentar