Jakarta-Kerusuhan yang terjadi di Tanjungbalai merupakan
ekspresi intoleransi dan kekerasan yang tidak semestinya terjadi. Memang
pemicunya sederhana, tetapi soal sepele yang terjadi di tengah masyarakat yang
kurang toleran maka berbalas kerusuhan, apalagi diduga kuat terdapat sejumlah
aktor yang memprovokasi.
Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani dalam siaran
Persnya yang di terima media ini mengutuk keras atas tindakan pembakaran
sejumlah tempat ibadah tersebu ” Polri dalam peristiwa ini telah mengambil
langkah tepat dengan mempertemukan tokoh-tokoh agama dan memulihkan situasi
menjadi lebih kondusif, Apalagi FKUB Sumut dalam catatan Setara Institute
adalah salah satu FKUB berkinerja baik dalam memajukan toleransi Tetapi langkah
tersebut belum cukup “ Jelasya.
Polri lanjut Ismail ,diharapkan dapat mengungkap aktor
penggerak kerusuhan tersebut. Sementara masyarakat diharapkan tidak mudah terprovokasi
untuk melakukan aksi-aksi intoleran dan kekerasan lanjutan.
Peristiwa tersebut kata dia memberikan pembelajaran bagi
semua pihak, bahwa kondisi intoleransi di tengah masyarakat semakin meningkat.
Berbagai peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan yang terus
terjadi mengkonfirmasi status toleransi masyarakat yang semakin menipis.
“ Pemerintah harus mengambil langkah mendasar dalam
merespons seluruh peristiwa pelanggaran yang terus terjadi, Tidak hanya reaktif
dalam peristiwa aktual seperti pemadam kebakaran. Pemerintah hanya riuh saat
peristiwa terjadi ”bebernya.
Kementerian Agama dan
Kemendagri memegang peranan kunci mengelola hubungan antar agama, meningkatkan
toleransi, dan menghapus praktik diskriminasi atas dasar agama/keyakinan.Ismail
menilai , Hampir dua tahun menjabat, Tjahjo Kumolo dan Lukman Hakim
Saefudin, belum menunjukkan langkah dan kebijakan yang mendasar, berbasis
fakta, komprehensif dan berdasar pada Konstitusi RI.(*)
0 comments:
Posting Komentar